Jas Hujan dan Cerita di Balik Bahan serta Fitur Canggihnya

sumber gambar: unsplash.com
Tentu kita semua familiar dengan jas hujan, tapi pernahkah terpikir bagaimana benda sederhana ini tercipta? Kisahnya dimulai jauh di masa lalu, ketika manusia prasejarah menggunakan getah pohon atau kulit hewan yang diberi minyak untuk melindungi diri dari air. Namun, jas hujan modern yang kita kenal sekarang berutang budi pada seorang ahli kimia asal Skotlandia bernama Charles Macintosh. Pada tahun 1823, ia berhasil mematenkan proses pembuatan kain tahan air dengan merekatkan dua lapis kain menggunakan karet cair. Walau jas hujan buatannya kaku dan berbau, penemuan ini adalah tonggak sejarah.
Dari sana, inovasi terus berjalan. Para penemu dan produsen berusaha membuat jas hujan yang lebih baik. Hingga pada abad ke-20, material baru seperti PVC mulai digunakan, menjadikannya lebih ringan dan terjangkau. Namun, masalahnya masih sama: bahan ini tidak bisa "bernapas," membuat pemakainya merasa gerah dan lengket.
sumber gambar: unsplash.com
Titik balik besar terjadi dengan penemuan material seperti Gore-Tex pada tahun 1970-an. Material revolusioner ini punya pori-pori yang sangat kecil, cukup untuk menahan air dari luar, tapi cukup besar untuk mengeluarkan uap air dari dalam. Ini membuat raincoat menjadi ringan, tahan air, dan nyaman dipakai. Perkembangan teknologi terus berlanjut. Sekarang, jas hujan tak cuma soal menahan basah. Ada fitur jahitan yang direkatkan agar tidak rembes, bahan ripstop yang tidak mudah sobek, hingga desain yang bisa dilipat kecil sehingga praktis dibawa ke mana saja.
Melihat perjalanan panjang ini, jelas bahwa jas hujan adalah hasil dari serangkaian inovasi tiada henti. Jadi, saat mengenakan raincoat saat ini, kita sebenarnya sedang menikmati hasil dari ratusan tahun pengembangan dan percobaan yang dilakukan para penemu.



