Kenapa Rasa Kopi Bisa Berbeda di Setiap Lidah? Ini Penjelasan Sainsnya

sumber gambar: unsplash.com
Kopi bukan sekadar minuman, tetapi pengalaman rasa yang unik untuk setiap orang. Menariknya, secangkir kopi yang sama bisa terasa manis bagi seseorang, namun pahit bagi orang lain. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil interaksi kompleks antara indera, genetik, dan psikologi.
Pertama, faktor genetik berperan besar. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian orang memiliki sensitivitas tinggi terhadap senyawa pahit seperti kafein dan quinine. Mereka yang memiliki gen “tasters” lebih mungkin merasakan kopi sebagai terlalu pahit, sementara yang lain justru menikmati lapisan rasa manis atau nutty di dalamnya.
Selain genetik, kondisi tubuh dan mood saat menikmati kopi juga memengaruhi pengalaman rasa. Lidah kita bisa lebih peka setelah mengonsumsi makanan tertentu, misalnya makanan pedas atau manis. Bahkan, rasa stres atau lelah dapat membuat kopi terasa lebih pahit dari biasanya.
sumber gambar: unsplash.com
Tidak hanya itu, cara penyajian juga sangat berpengaruh. Perbedaan metode seduh—mulai dari pour over, french press, hingga espresso—dapat menonjolkan karakter rasa tertentu. Misalnya, kopi arabika dengan metode pour over cenderung lebih ringan dan fruity, sementara metode espresso menekankan rasa pahit dan body yang lebih tebal.
Menariknya, faktor lingkungan ikut membentuk persepsi rasa. Musik yang didengar, suasana kafe, bahkan desain cangkir bisa memengaruhi bagaimana otak kita “menafsirkan” kopi. Ini dikenal sebagai multisensory experience, di mana semua indra bekerja sama membangun pengalaman minum kopi.
Dengan kata lain, rasa kopi bukanlah sesuatu yang mutlak. Ia adalah hasil dari perpaduan genetik, suasana hati, dan lingkungan. Jadi, jika kopi terasa berbeda hari ini dibanding kemarin, mungkin itu adalah bagian dari keajaiban sains rasa yang membuat kopi tak pernah membosankan.





