Bingung Cari Rekomendasi Buku Filsafat? Madilog dari Tan Malaka Jawabannya!


sumber gambar: tribun-timur.com
Siapa bilang Gen Z hanya sibuk dengan scrolling TikTok? Justru, belakangan ini, ada satu nama Pahlawan Nasional yang karyanya kembali naik daun dan menjadi rekomendasi buku filsafat wajib di kalangan anak muda yang kritis: Tan Malaka.
Lahir dengan nama Ibrahim Datuk Sutan Malaka, Tan Malaka adalah sosok pejuang kemerdekaan yang hidupnya penuh intrik, pelarian, dan tentu saja, pemikiran revolusioner. Kisarannya sering berpindah-pindah, dari Belanda, Rusia, hingga Tiongkok, membuatnya memiliki wawasan global yang luar biasa. Tidak heran jika buku-bukunya adalah kumpulan gagasan radikal yang melintasi zaman.
Madilog: Pintu Gerbang ke Buku Filsafat

sumber gambar: Gramedia Bookstore Official Website
Karya yang paling melegenda dan sering dicari tentu saja Madilog, singkatan dari Materialisme, Dialektika, dan Logika. Madilog bukan sekadar buku. Ini adalah kerangka berpikir yang ditulis Tan Malaka pada tahun 1943 untuk mengajak bangsa Indonesia keluar dari "Logika Mistika" menuju tahap ilmu pengetahuan atau sains.
Inti pesannya sederhana namun menggigit: jangan mudah percaya hal gaib atau mitos. Dasarilah setiap tindakan dengan fakta nyata (Materialisme), pelajari dinamika perubahan (Dialektika), dan gunakan nalar yang lurus (Logika). Pesan ini sangat nyambung dengan Gen Z yang dikenal skeptis, analitis, dan suka mempertanyakan status quo. Madilog mengajarkan pembaca untuk menjadi pribadi yang mandiri secara pemikiran.
Aksi Massa dan Dari Penjara ke Penjara

sumber gambar: Medpress Group Official Store via Shopee Indonesia
Selain Madilog, buku Tan Malaka lain yang tak kalah populer adalah Aksi Massa. Ditulis saat pengasingan di Shanghai tahun 1926, Aksi Massa membahas strategi pergerakan politik yang efektif. Tan Malaka berpendapat bahwa perubahan sejati harus datang dari kesadaran dan gerakan terorganisir dari rakyat banyak, bukan hanya dari segelintir elite. Ini adalah buku yang penting untuk generasi yang peduli isu sosial dan perubahan lingkungan.
Lalu ada juga Dari Penjara ke Penjara, sebuah otobiografi setebal tiga jilid yang menceritakan petualangan Tan Malaka sebagai buronan politik internasional selama 20 tahun. Kisahnya yang penuh aksi, nama samaran, dan konspirasi politik menjadikannya bacaan seru layaknya novel spionase.

sumber gambar: Gramedia Bookstore Official Website
Ketiga buku ini memberikan inspirasi dan landasan berpikir kritis. Membaca Tan Malaka bukan hanya soal sejarah, tetapi meresapi semangat “Merdeka 100%”—semangat untuk merdeka seutuhnya, baik secara fisik, politik, maupun pikiran. Tidak heran jika Tan Malaka dan buku-bukunya terus menjadi cult-favorite di kalangan anak muda yang haus akan pencerahan dan perubahan.
Tertarik untuk mulai "terbentur" dan "terbentuk" dengan pemikiran Tan Malaka?